Ranomeeto Barat, 14 Oktober 2012 — Perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-50 Desa Sindangkasih di Kecamatan Ranomeeto Barat, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, menjadi panggung pelestarian budaya lokal yang menggugah semangat masyarakat untuk kembali menghargai tradisi dan warisan leluhur.
Dalam peringatan setengah abad desa tersebut, berbagai acara budaya digelar untuk menumbuhkan kembali rasa cinta terhadap kekayaan adat dan nilai-nilai lokal yang telah lama menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Pawai budaya yang digelar sejak pagi hari menjadi salah satu daya tarik utama. Warga dari berbagai suku — seperti Tolaki, Bugis, dan Buton — tampil mengenakan busana adat lengkap, berjalan mengelilingi jalan utama desa sambil memainkan alat musik tradisional.
Tak hanya menampilkan kekayaan busana adat, pentas seni yang digelar malam harinya pun memukau penonton. Anak-anak dan pemuda desa menampilkan tarian tradisional seperti Tari Lulo, pertunjukan musik daerah, serta puisi bertema perjuangan desa yang mengangkat nilai gotong royong, persatuan, dan penghormatan terhadap orang tua.
Kepala Desa Sindangkasih saat itu menegaskan pentingnya menjadikan ulang tahun desa bukan hanya sebagai acara seremonial, tetapi juga sebagai ajang edukasi dan pelestarian budaya.
“Budaya adalah jati diri kita. Kalau tidak kita lestarikan, anak cucu kita tidak akan mengenal akar mereka sendiri. Kegiatan seperti ini penting untuk menanamkan nilai budaya dalam generasi muda,” ujarnya.
Acara budaya juga diselingi dengan pameran hasil kerajinan lokal, termasuk anyaman bambu, tenunan tradisional, serta kuliner khas desa seperti sinonggi dan kue-kue tradisional yang dibuat oleh ibu-ibu PKK.
Kegiatan ini mendapat apresiasi dari tokoh adat, yang menyampaikan bahwa budaya bukan hanya tentang pakaian dan tarian, tetapi mencakup nilai hidup seperti kebersamaan, kerja keras, dan saling menghormati.
“Desa Sindangkasih adalah miniatur keberagaman yang hidup dalam harmoni. Budaya menyatukan kita, bukan memisahkan,” ujarnya dalam sambutan singkatnya.
Peringatan HUT ke-50 ini menjadi bukti bahwa pembangunan fisik saja tidak cukup. Identitas budaya harus dirawat agar masyarakat tidak tercerabut dari akarnya. Desa Sindangkasih melalui acara ini menunjukkan bahwa desa bukan hanya pusat pertanian, tetapi juga pusat kebudayaan yang kaya dan dinamis.
Posting Komentar
Berikan saran dan masukan yang sifatnya membangun.