Ranomeeto, Konawe Selatan – Desa Sindangkasih, yang berada di Kecamatan Ranomeeto, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, merupakan salah satu desa hasil program transmigrasi nasional yang telah berdiri sejak tahun 1968. Sejak awal berdirinya, desa ini menjadi saksi sejarah perjuangan para transmigran dalam membangun kehidupan baru di tanah seberang.
Program transmigrasi yang digagas oleh pemerintah saat itu bertujuan untuk mengatasi kepadatan penduduk di Pulau Jawa sekaligus membuka wilayah-wilayah potensial di luar Jawa. Desa Sindangkasih menerima gelombang pertama transmigran yang sebagian besar berasal dari wilayah Jawa Barat, terutama dari kabupaten Garut, Tasikmalaya, dan Ciamis. Para pendatang datang dengan tekad dan semangat untuk merintis kehidupan dari nol di tanah yang masih berupa hutan belantara.
Awal kehidupan di desa ini penuh tantangan. Para transmigran harus membuka lahan dengan alat sederhana, membangun rumah dengan bahan seadanya, dan bertahan hidup dengan mengandalkan bantuan pangan dari pemerintah sebelum hasil pertanian mereka mencukupi kebutuhan sendiri. Namun berkat kerja keras, kedisiplinan, dan nilai-nilai gotong royong yang tinggi, Desa Sindangkasih perlahan tumbuh menjadi permukiman yang produktif dan tertata.
Kini, suasana Desa Sindangkasih mencerminkan kemajuan. Jalan-jalan utama telah diperkeras atau diaspal, sarana pendidikan seperti sekolah dasar dan menengah tersedia, begitu pula fasilitas kesehatan dasar yang mendukung kebutuhan masyarakat. Di bidang ekonomi, mayoritas warga menggantungkan hidup dari pertanian, dengan komoditas utama berupa padi sawah, jagung, kakao, dan kelapa. Beberapa keluarga juga mengembangkan kebun cengkeh, peternakan ayam dan kambing, serta usaha rumahan seperti produksi makanan olahan.
Dalam aspek sosial budaya, warga Desa Sindangkasih tetap menjaga tradisi dan adat yang dibawa dari kampung halaman mereka di Jawa Barat. Bahasa Sunda masih digunakan dalam percakapan sehari-hari, terutama oleh generasi tua. Sementara generasi muda kini tumbuh dalam suasana dua budaya: warisan leluhur Jawa Barat dan pengaruh lokal Sulawesi Tenggara. Tradisi gotong royong tetap kuat, terlihat dalam kegiatan pembangunan masjid, perbaikan jalan desa, dan acara adat atau keagamaan.
Pemerintah daerah dan instansi terkait terus mendorong kemajuan desa melalui pelatihan pertanian modern, bantuan pupuk, pembangunan irigasi, serta program pemberdayaan perempuan dan pemuda desa. Hal ini menjadikan Desa Sindangkasih sebagai salah satu desa yang mandiri dan berdaya saing di wilayah Konawe Selatan.
Dalam beberapa tahun terakhir, desa ini juga mulai dilirik sebagai lokasi studi banding oleh desa-desa lain yang ingin belajar tentang keberhasilan pengelolaan komunitas transmigrasi. Potensi wisata desa berbasis pertanian dan budaya juga mulai dikembangkan secara perlahan.
Desa Sindangkasih bukan hanya simbol keberhasilan program transmigrasi, tetapi juga bukti nyata bahwa dengan kerja keras, persatuan, dan semangat kebersamaan, masyarakat dapat membangun masa depan yang lebih baik — bahkan dari titik nol.
Posting Komentar
Berikan saran dan masukan yang sifatnya membangun.